Pukul 12.30 WIB
Jum'at itu (13 Desember 2013), saya baru memulai packing beberapa pakaian, alat masak portable, sleeping bag,
buku panduan lapangan dan binoculair.
Ya, kali ini saya akan pergi lagi dari rumah, bukan 'minggat' tapi melaksanakan
'kewajiban' sebagai seorang peserta delegasi lomba pengamatan burung di Tahura
R. Soerjo, Cangar, Batu yang mengusung sebuah organisasi pecinta alam dari
Universitas Airlangga bernama MPA WANALA UA. *lebay ceritanya
Setelah berpamitan
dengan kedua orang tua (*mapala juga manusia*), saya berangkat menuju
sekretariat Wanala terlebih dahulu untuk mengambil tenda sekaligus berangkat
bareng sama teman satu tim. Tim kami hanya terdiri dari dua ekor, eh, dua orang
saja yaitu saya sendiri dan Ayu Dewi yang juga seorang anggota Wanala. Tim ini saya
beri nama "WANABIRD" yang artinya "manuk alas" (burung
hutan, red), terinspirasi dari nama Wanala itu sendiri dan tentunya burung.
Jam menunjukkan
pukul 15.30 WIB, kami berangkat menggunakan motor menuju TKP (Tempat Kejadian
Perlombaan). Di tengah perjalanan, hujan menyambut kami, kamipun dipaksa berhenti
sejenak untuk mengenakan jas hujan demi menghindari "basah kuyup".
Biasanya, perjalanan saya dari kampus menuju Cangar hanya memakan waktu 1,5 jam
saja, namun perjalanan kali ini memakan waktu yang lebih lama, yaitu 2,5 jam.
Ya, kami baru tiba di Cangar pukul 18.00 WIB. Dengan kondisi pakaian yang
sedikit basah ditambah suhu Cangar yang terkenal dingin, sebuah box berisi beberapa kue cukup memberi
rasa hangat di perut yang sudah mulai keroncongan, apalagi pas makan kue kami
berada di tengah gerombolan peserta lainnya yang udah datang terlebih dahulu.
Singkat cerita,
lomba pengamatan burung dimulai pada hari Sabtu pagi pukul 7.00 WIB. Dengan
"peralatan tempur" yang kami miliki, kami memulai kompetisi dari
titik start menuju OWA Watu Ondo. Selama pengamatan berlangsung, cukup banyak
spesies serta kejadian unik yang kami dapati, mulai dari Ciung-batu siul (Myiophoneus caeruleus) *merupakan first record bagi saya* yang tiba-tiba nongol seenaknya di areal pemandian,
lalu si burung sampah (begitulah julukannya di sini) Anis sisik (Zoothera dauma), dilanjut Elang-ular
bido (Spilornis cheela) yang sedang
kawin di cabang pohon di atas jembatan, seekor Ceret gunung (Cettia vulcania) yang setia mengiringi
langkah kami (*mentang-mentang namanya 'cettia' nih yee*) dari jembatan sampai
depan pintu gerbang OWA Watu Ondo, munculnya seekor Sikatan narsis (Ficedula narcissina) *juga merupakan first record bagi saya* yang hanya
terlihat sebentar saja, sang Garuda alias Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) yang terlihat sedang soaring bersama anaknya (sepertinya sedang memberi pelajaran
terbang) tak lupa ikut hadir mengisi buku presensi, sampai si Meninting kecil (Enicurus velatus) yang dengan percaya
dirinya muncul dan berlompat-lompat ria di aspal jalanan di depan hampir semua
pengamat yang ada di situ pada saat itu seakan-akan berkata, "Hei, kalian
para pengamat burung dan fotografer, lihat aku beraksi, jangan lupa dipotret
juga ya!". Sungguh pengalaman yang baru yang tak terlupakan yang tersaji
di Cangar.
Tak berselang
lama, mobil mini bus berwarna merah marun dengan suara mesin yang cukup berat
karena harus menanjak, melintas di jalan aspal yang tadinya menjadi tempat
"show" si Meninting kecil.
Sontak semua pengamat langsung melihat ke arah mobil tersebut, bukan karena
geram atau marah karena dia telah 'mengusir' si Meninting kecil, tapi karena
semua tau kalau itu adalah mini bus milik bapak dan ibu penjual tape ketan
hitam dan gorengan di jembatan yang tidak lain adalah langganan para pengamat
(*yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba!
:D). Tanpa pikir panjang, setelah menunggu beberapa saat untuk memberi waktu
buat mereka menyiapkan dagangan, kami langsung saja menyerbu lapak sederhana
milik mereka, apalagi kalau bukan untuk menyantap gorengan panas serta
segar-hangatnya tape ketan yang mereka jual. Kompetisi pengamatan burungpun
seakan-akan sudah selesai karena saking banyaknya peserta yang menghentikan
aktivitas pengamatan burungnya dan mengganti agenda mereka menjadi acara cangkrukan. Ha ha ha, ada-ada saja.
Namun beberapa
saat kemudian turunlah hujan yang cukup deras dan lumayan berlangsung lama,
sehingga acara cangkrukan pun
'terpaksa' dilanjutkan, untungnya ada panitia yang menjemput peserta yang
'terjebak' di lapak menggunakan mobil ambulan. Ya, ini mobil ambulan sungguhan
yang biasa digunakan untuk evakuasi medis. Ceritanya, ada seorang peserta yang
menyumbang ambulan tersebut untuk kegiatan ini, beliau adalah dr. Ari Purnomo
Adi, salah satu peserta lomba Cangar Birdwatching Competition 2013, kategori
fotografi. Kembali ke cerita awal, setelah semua peserta yang terjebak hujan di
lapak dagangan milik bapak dan ibu penjual di jembatan berhasil dievakuasi
menuju basecamp lomba, kami pun
beristirahat sejenak sambil menunggu hujan reda untuk melanjutkan lomba
mengingat waktu masih menunjukkan pukul 12.00 WIB dengan batas waktu pengamatan
burung hingga pukul 14.00 WIB.
Mumpung lombanya masih istirahat, maka ceritanya pun ikut istirahat
dan akan disambung di episode selanjutnya... he he he
See you next... :)
Lanjuuttt (y)
ReplyDeletehaha, siap ndan!! :D
ReplyDelete