Welcome to My Blog

Orang bijak berkata, "Banyak baca, banyak ilmu yang didapat."
Semoga bermanfaat... :)

Wednesday, June 29, 2011

Bird Watching


Bingung!! Puyeng!! Susah!!
Mungkin itulah yang akan dikatakan oleh semua orang yang baru mengenal "bird watching" atau "pengamatan burung"...

Kenapa bingung?? memang apanya yang bikin bingung??
Warna bulu, motif, bentuk/morfologi, ukuran, tingkah laku, kebiasaan dan yg lain2 yg menjadi ciri khas suatu spesies burung yang sangat beragam. Masing2 spesies memiliki motif/corak, warna, bentuk, ukuran, kebiasaan dan tingkah laku serta habitat yang berbeda. Semua  itu merupakan suatu hal yang harus diamati ketika kita melakukan pengamatan burung. Tapi, justru disitulah letak tantangan serta yang akan menjadikan “candu” bagi para pengamat burung...

Kegiatan ini sudah menjadi suatu hobi tersendiri bagi para pecinta pengamat satwa liar, terutama penggemar burung2 liar (termasuk saya… :p ).
Tujuan dari pengamatan burung ini bukan hanya sebagai “pelampiasan hasrat” mengamati burung atau rekreasi saja, tapi juga dapat dimanfaatkan sebagai cara dalam penelitian suatu spesies burung tertentu, habitat satwa dan ekosistem yg terdapat pada tempat tersebut.

Mungkin bagi para pemula hal ini akan sangat sulit untuk dilakukan apalagi jika ia hanya pengen coba2 saja tanpa didasari oleh keinginan/rasa cinta terhadap satwa liar terutama burung2 liar.

Saya akan mencoba sedikit membantu buat rekan2 yg memang berminat dan ingin memulai melakukan pengamatan burung. Berikut adalah sedikit petunjuk untuk melakukan pengamatan burung di hutan (yg agak lebih ribet klo dibandingin ama pengamatan burung2 air) :
Jika Anda termasuk ”pendatang baru” maka cobalah untuk mulai mengamati burung2 di daerah tepian hutan dengan berjalan di sepanjang jalan lebar. Pengamatan akan jadi lebih baik dan burung2 yg muncul akan lebih banyak, karena sisi hutan dapat ditembus sinar matahari, sehingga pd umumnya makanan bagi burung akan lebih banyak tersedia di sana. Apalagi jika jalan tersebut melewati pegunungan, kita akan mendapatkan pemandangan sisi tajuk yg tidak didapatkan jika berada di jalan setapak kecil dalam hutan.
Gunakan tas/ransel tahan air, berfungsi sebagai alat penyelamat binokuler/monokuler/teropong yg kita gunakan jika sewaktu2 turun hujan yg nantinya bisa membasahi teropong. Simpan teropong dengan membungkusnya dalam plastik tambahkan silica gel bila perlu. Jika bagian dalm teropong terkena air, maka jemur di bawah sinar matahari lalu diamkan dalam kotak pengering semalaman atau peluk erat2 ketika tidur. Hindari pengeringan dgn cara penghangatan di dekat api, karen hal ini dapat mempersingkat ”umur” teropong.
Teropong yg digunakan lebih baik yg water proof dan mempunyai zoom yg tidak terlalu besar serta mempunyai bidang pandang yg lebar. Teropong yg punya daya pembesaran hebat dan sudut pandang sempit sangattidak dianjurkan dipakai di sini, begitu juga penggunaan teleskop.
Pakaian juga sangat penting untuk diperhatikan, jangan gunakan pakaian yg berwarna mencolok (sangat di”HARAM”kan menggunakan warna putih) karena dapat menakuti satwa2 liar (bukan hanya burung,tapi jg satwa liar yg lain). Selain itu, usahakan untuk seminimal mungkin bersuara, karena dapat meningkatkan kewaspadaan dari burung itu sendiri, sehingga ketika kita dekati ia akan terbang menjauh dan tak kembali.
Dalam pengamatan di hutan biasanya digunakan beberapa macam teknik pengamatan, yaitu berjalan lambat (sangat cocok untuk mengamati burung2 yg ada di tajuk pohon namun akan sia2 untuk burung2 terestrial<yg hidup di tanah>); cara yg lain yaitu dengan berjalan cepat namun tetap tdk berisik (untuk burung2 terstrial yg sangat pemalu); dan yg lain lagi yg tidak kalah penting yaitu dengan berdiam diri sambil menunggu burung yg ”lewat” atau ”muncul”, cara ini sangat efektif untuk mengamati burung2 yg tidak bisa dijumpai dengan cara yg lain. Idealnya, gunakan ketiga cara tsb secara bergantian yaitu berjalan lambat, berjalan cepat tapi tidak berisik dan beristirahat menunggu dengan tenang.
Adapun metode untuk memanggil burung agar mau ”menengok mucul” atau menampakkan dirinya, yaitu:
1.   Menirukan bunyi desis, mencicit, atau suara parut. Hal ini membuat marah burung2 pengoceh sehingga mereka akan menyahuti atau bahkan keluar dari tempat persembunyiannya untuk memeriksa sumber bunyi.
2.   Menirukan suara burung belukwatu atau elang kecil, sehingga burung2 kecil terpancing untuk bergerombol.
3.    Menggunakan rekaman suara dgn tape-recorder yg menimbulkan reaksi teritoril dari burung tsb, sehingga mau menghampiri.
Metode2 ini memang sudah terbukti cukup ampuh, namun kurang tepat untuk diterapkan di tempat2 yg sudah sering dikunjungi oleh pengamat atau manusia2 lain seperti di jalan2 kecil dalam taman nasional. Atau malah akan sangat dilarang karena dapat menggangu dari habitual burung2 tersebut.
Burung (kecuali burung2 malam) merupakan satwa yg paling aktif pada pagi dan sore hari. Pada siang hari, aktifitas akan menurun. Tapi pada musim kemarau,siang hari merupakan waktu yg pas untuk menunggu burung mengunjungi sumber air.

Hal2 yg perlu dicatatat dalam pengamatan burung ialah = SEMUA HAL yg bersangkutan dengan burung tersebut. Identifikasi berdasar pada kombinasi dari beberapa ciri khas, termasuk penampakan umum, suara, dan tingkah atau kalau bisa sebanyak mungkin bagian2 burung tsb, terutama ciri2 diagnostik.
Untuk burung jenis baru atau yg belum dikenal, buatlah sketsa dalam buku catatan. Sketsa tdk perlu  terlalu artistik, yg penting berbagai ciri rinci dapat tercantum, seperti ukuran, bentuk, panjang paruh, ada/tidak ada jambul, warna bulu, panjang sayap dan ekor, warna paruh, mata, kaki serta ciri2 lain yg tidak umum. Catatan tambahan seperti suara, tingkah dan lokasi juga akan sgt membantu dalam pengenalan selanjutnya.


Bagi para pengamat pemula, hal2 yg mungkin harus dilakukan dalam pengamatan burung :
Persiapan >>
·         Siapkan semua alat pencatat (utamanya buku saku dan pensil)
·         Gunakan pakaian yg warnanya tidak menyolok
·         Siapkan jg alat bantu pengamatan yg lain (ex: field guide, binocular / monocular)
·         Siapkan pula perbekalan, agar tidak “kesusahan” ketika pengamatan
Pada saat pengamatan >>
·         Jangan terlalu berisik ketika pengamatan
·         Catat semua hal yg mnjadi suatu ciri (terutama yg jadi ciri khas) dari burung tsb. (ex: kekang, jambul, bentuk paruh, mahkota/topi, motif garis2, ekor dsb.)
·         Lakukan pengamatan dengan teliti terhadap warna, karena bisa saja berubah/tersamarkan akibat efek pencahayaan yang kurang tepat.
·         Serta (intinya) lakukan semua nasehat yg saya berikan di atas..  (opoae seh... lebay...)

Di mana kita bisa melakukan pengamatan???
Di mana saja bisa bahkan di halaman depan/belakang/samping rumah kita/tetangga/RT/RW/kelurahan/kecamatan/kawan2nya yg sebangsa itulah (hehe, pisss meeennn... ^^v), namun ada beberapa tempat yg sangat berpotensi adalah hutan2 primer, hutan sekunder, hutan hujan, hutan tropis dan masih banyak yang lain seperti taman2 nasional (ex: baluran, merubetiri, ujung kulon, alas purwo, gunung gede-pangrango, dll.) serta ekosistem buatan lainnya.

^^^^^dikutip dari field guide yg Mc Kinnon ntu loh, juga sedikit pengalaman pribadi^^^^^


So,,,
Ngenteni opo maneh jeh???
Ayo ndang budal nontoki manuk!!!*

*baca:
Jadi,,,
Tunggu apa lagi???
Ayo cepet berangkat pengamatan burung!!! ^^d


No comments:

Post a Comment