Bird watching, suatu kegiatan alam bebas paling murah sekaligus
bisa paling mahal; paling mudah sekalligus paling susah; paling menyenangkan
tapi tidak bisa jadi paling membosankan; paling mendidik dan berbobot keilmuan
tapi terkadang juga terdapat unsur pembodohan; dan itu adalah kegiatan yang paling
saya sukai tentunya... Yah, setidaknya itu menurut saya... :D
Tidak ada kata lain yang bisa
menggambarkan sensasi pengalaman dari kegiatan yang berjudul pengamatan burung.
Paling murah karena sejatinya hanya butuh mata untuk melakukan pengamatan
burung, tapi juga bisa mahal karena kadang kita butuh alat tambahan seperti
teropong (binokuler/monokuler), recorder,
kamera (mulai kamera pocket-prosumer-sampai
DSLR dengan lensa termosnya) dan sebagainya. Paling mudah dilakukan karena
sejatinya semua orang (terutama manusia normal) bisa melakukannya kapan saja
dan di mana saja, tapi juga bisa sangat susah kalau diharuskan menuju
tempat-tempat tertentu yang sulit dijangkau. Paling menyenangkan terutama bagi
para penggiat alam karena bisa menikmati keindahan alam/lingkungan tempat
burung berada, tapi juga bisa sangat membosankan kalau kita tidak beruntung
saat tidak menjumpai burung yang dimaksud karena suatu alasan tertentu. Berisi ilmu
tentang perburungan, mendapat pelajaran khusus tentang burung secara langsung
di habitatnya baik mengenai perilaku-ekosistem-permasalahan lingkungan-dsb,
namun terkadang kita juga dibodohi dengan kalimat "kalau mau pengamatan
burung gak boleh mandi, ntar kalau tubuh kita terlalu bersih burungnya takut
sama kita" nggak tau tuh ide muncul dari siapa ya?? padahal indera yang
paling peka dari burung kan indera pengelihatan dan pendengarannya, sedangkan
indera penciuman hanya ada pada beberapa spesies burung saja yang peka.
Terlepas dari itu semua, memang semua hal punya kelebihan dan kekurangannya,
tetap saja itu semua tidak mennjadi penghalang bagi kegiatan pengamatan burung
sebagai kegiatan yang paling saya dan Anda sukai.... :D
Lanjut cerita kompetisi pengamatan burung di Cangar
nih,,
Setelah
dilanda kebosanan karena lama menunggu hujan, pada pukul 12.50 WIB hujan mulai
reda dan hanya tersisa rintik-rintik kecil. Hal ini membuat gairah pengamatan
kembali memuncak. Dengan beberapa teman dari kelompok lain yaitu mas Bonenk dan
mas Sanggar (dari Bali) serta Rizki (dari Malang), saya melanjutkan pengamatan
ke arah kolam/pemandian air panas.
Spesies
pertama yang baru masuk dalam list pengamatan hari itu adalah Kangkok ranting (Cuculus saturatus) yang sedang bertengger
di dahan yang masih basah dan kemudian terbang meluncur menuju rerimbunan.
Lanjut dengan spesies Kacamata gunung (Zosterops
montanus), Kacamata biasa (Zosterops
palpebrosus), Cikrak daun (Phylloscopus
trivirgatus), Cikrak muda (Seicercus
grammiceps), Sikatan belang (Ficedula
westermanni), Sikatan bodoh (Ficedula
hyperythra) dan Sikatan ninon (Eumiyas
indigo). Sebenarnya, ketujuh spesies terakhir yang saya sebut di atas
merupakan spesies yang sangat umum dijumpai di sini dari pagi sampai sore, bahkan
saking umumnya burung-burung tersebut, mas Bonenk menjulukinya sebagai
"burung cendol". Entah kenapa saya baru melihatnya siang (menjelang
sore) itu. Hanya karena 'mereka' saya hampir frustasi (terutama si Ninon)
karena biasanya dialah yang 'menyapa' saya pertama kali setiap saya melakukan
pengamatan burung di Cangar, eeeh... malah kali ini hampir saja tidak bersua.
Tak
terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB, tanda kami harus kembali ke basecamp guna melanjutkan agenda
berikutnya, yaitu briefing singkat
dan dilajutkan menulis artikel yang dimulai pukul 14.30 WIB. Inilah yang membuat acara ini semakin seru. Biasanya,
lomba pengamatan burung selalu mengutamakan jumlah list dan deskripsi dari burung yang didapat, namun kali ini semua
peserta diwajibkan menulis artikel populer tentang burung yang diamati sebagai
kriteria utama penilaian dalam kompetisi ini. Sungguh keren sekali konsep
kompetisinya! Kembali ke pembicaraan awal, meskipun sudah pukul 14.00 WIB
alih-alih kembali ke basecamp,
'gerombolan' kami malah memesan kopi panas (baik kopi hitam ataupun kopi susu)
masing-masing satu gelas sambil menikmati hangatnya pisang goreng (khas Cangar).
Dengan alasan "andalan"nya, "hujan turun lagi dan kami lagi-lagi
'terjebak' di warung dekat pemandian." ***dasar somplak! :P*** (harusnya di sensor nih).
Akhirnya,
kami menuju ke basecamp pukul 15.00
WIB dengan lumayan berbasah-basah ria. Namun suatu hal aneh terjadi, tiba-tiba
saya merasakan perut saya "bergejolak" dan merubah sifat saya menjadi
seseorang yang "rajin menabung" saat itu. Rupanya, efek dari kebanyakan
makan "tape ketan hitam" sudah mulai bereaksi dan memanaskan isi
perut saya. Sejak saat itu saya merasa tidak enak badan dan merasa cukup lemas.
GAWAT!! Sungguh penyakit yang samasekali tidak keren!! :(
Balik
ke cerita kompetisi, dengan susah payah dan berpikir ekstra keras membuat
artikel populer yang tidak biasa kami (terutama saya) lakukan, akhirnya kami
memutuskan untuk mengangkat si Sikatan narsis (Ficedula narcissina) sebagai topik artikel kami dengan judul
"Si Imut, Pengembara dari Negeri Seberang". Fiuh, setelah menghabiskan
waktu 2 jam penulisan, akhirnya artikel sepanjang 1,75 halaman kertas folio
bergaris (*bijim, 1,75 halaman, gimana ngukurnya yak?? he he*) mampu kami
rampungkan dan kami kumpulkan ke meja panitia beserta list dan sketsa burung yang kami jumpai (*kliatan banget kalo gak
pernah nulis, bikin tulisan segitu aja butuh waktu 2 jam, ha ha ha*).
Malam
hari acara dilanjutkan dengan malam keakraban dan pembagian doorprise, ini yang tidak kalah seru.
Setelah saling berkenalan satu sama lain (*banyak kenalan baru yang saya jumpai*)
ternyata banyak juga (yang ngakunya) para birdwatcher
newbie/baru dari seluruh penjuru nusantara bergabung dalam kompetisi yang
diadakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur kali ini. Suasana
kekeluargaan yang sangat akrab dan menyenangkan (meskipun baru saja berkenalan)
turut menghangatkan suasana Cangar yang sangat dingin malam itu. Memasuki sesi
pembagian doorprise, suasana semakin
meriah. Meskipun kondisi saya masih tidak enak badan gara-gara "penyakit
yang samasekali tidak keren" itu, dengan sekuat tenaga turut memeriahkan
sesi yang satu ini. Tidak percuma, saya berhasil mendapatkan sebuah headlamp dan headcap alias kerpus merek C*NSINA (lumayan lah, bisa dipakai buat
penghangat kepala :D).
Keesokan
paginya, badan saya masih kurang fit karena "penyakit yang samasekali
tidak keren" itu, tapi setelah mengonsumsi obat khusus untuk
"penyakit yang samasekali tidak keren" ini akhirnya keadaan saya
berangsur-angsur membaik (*Alhamdulillah* :D). Daaaan... Tibalah saat yang
ditunggu-tunggu semua peserta, yaitu sesi PENGUMUMAN PEMENANG DAN PEMBAGIAN
HADIAH! Semua peserta baik peserta lomba artikel pengamatan burung dan peserta
lomba fotografi berkumpul jadi satu di basecamp (Pendopo Cangar, red) dengan perasaan yang
bercampur aduk, mungkin sambil berpikir "Siapa yang menang ya?" atau "Apakah
tim saya juaranya?". Diawali dengan pengumuman pemenang lomba fotografi.
Tak dinyana, dosen kami yang bernama Boedi Setiawan M.P., drh. atau lebih akrab
dipanggil dokter Boeseth (baca: dokter Buset) menjadi jawara lomba fotografi
dengan foto andalannya Jingjing batu (Hemipus
hirundinaceus) jantan yang sedang bertengger dengan komposisi mantap dan framming yang joss. Lanjut pengumuman
pemenang lomba artikel pengamatan burung. Alih-alih menyebutkan nama tim
pemenang, panitia malah membacakan cuplikan artikel sebagai isyarat itu adalah
artikel yang dibuat oleh tim yang menjadi jawara. Ketika panitia membacakan
artikelnya, sontak saja tiga orang yang tidak lain adalah anggota dari tim yang
menjuarai kompetisi ini berteriak kegirangan. Pemenang kompetisi kali ini
diraih oleh para pengamat burung yang berasal dari Universitas Negeri Jakarta,
NYCTICORAX dengan nomor tim 50 (lupa nama timnya, he he he). Sedangkan tim kami
terpuruk di urutan ke 49 dari 53 tim yang terdaftar (PARAH!! Bukti nyata kalau ngga
ahli bikin artikel dan nggak pernah nulis. Ha ha ha).
Yasudah
lah, itu saja sedikit cerita yang bisa saya sampaikan, mohon maaf bila ada
kata-kata yang menyinggung, penulisan nama yang salah, serta kekurangan yang
lain. (*penulis juga manusia*)
Bilahitaufiq wal hidayah, wa ridho, wa inayyah, Salam Konservasi!! Salam
Lestari!! Wassalam!! \(^^,)