Welcome to My Blog

Orang bijak berkata, "Banyak baca, banyak ilmu yang didapat."
Semoga bermanfaat... :)

Saturday, April 26, 2014

Momen Awal di Toraja

Tiga jam terbang di udara, bukan burung bukan juga serangga bersayap, tapi pesawat hercules yang mengangkut peserta Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013 dari Bandung menuju Makassar. Pukul 13.00 WITA 7 Maret 2013 kami tiba di Bandara Internasional Hassanuddin, Makassar. Itu lah saat pertama kalinya kaki saya menginjak tanah Pulau Sulawesi (*sebenernya bukan tanah juga sih, landasan pesawat terbang kan berwujud aspal). Setelah sedikit mengambil beberapa foto momen di sana, kami langsung menuju halaman depan bandara dan bertemu dengan personil dari daerah (yang kemudian disebut sebagai Tim Daerah) serta Letkol Buang Adri Aprianus  selaku Komandan Kodim (Dandim) Tana Toraja sekaligus Komandan Sub-Korwil (Dansub) VII/Tana Toraja. Setelah istirahat sejenak untuk makan siang dan sholat dhuhur, kami mendapat pengarahan singkat dari Dansub dan tepat pukul 14.00 WITA kami melanjutkan perjalanan menuju Tana Toraja, tempat kami bertugas. Pukul 18.00 kami tiba di Pare-Pare untuk istirahat makan sore (bukan makan malam ya) dan sholat maghrib untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju Tana Toraja.
Suasana di Dalam Pesawat Hercules (short body) Selama
Perjalanan Menuju Pulau Sulawesi
Setelah 3 jam perjalanan udara dan dilanjutkan 8 jam perjalanan darat yang cukup membuat badan berasa remuk campur meriang (gegara terus terpapar angin yang cukup kencang dan dingin selama duduk di Truk), akhirnya saya beserta rombongan tim ekspedisi sampai di Posko Taktis (Poskotis) SK VII/Tator yang berada di lapangan umum Mapongka, Lembang (atau biasa kita kenal dengan "desa") Ge'tengan, Kecamatan Mengkendek, Tana Toraja pukul 22.00 WITA. Di sana sudah berdiri 6 tenda barak yang akan menjadi kamar kami selama bertugas di sana. Setelah menurunkan muatan kami dari truk dan bis yang kami kendarai, kami langsung masuk ke dalam tenda barak masing-masing. Saya masuk ke dalam tenda 2 yang merupakan "tenda peneliti", tempat Tim Flora-Fauna, Tim Geologi dan Potensi Bencana, dan Tim Kehutanan. Tenda yang lain adalah tenda 1 (tenda jelajah) yang berisi personel Tim Penjelajah, tenda 3 (tenda sosial) yang berisi Tim Sosial-Budaya dan Tim Komunikasi Sosial, tenda 4 yang digunakan untuk tempat sholat/mushola, tenda 5 (tenda putri) dihuni oleh semua peserta putri yang ikut, dan tenda 6 (kosong) yang kemudian dibongkar karena memang tidak terpakai, serta 1 bangunan semi permanen berbentuk mennyerupai tongkonan (rumah adat suku Toraja) yang digunakan sebagai kantor poskotis (kotis).
Pagi pertama di Tana Toraja, barulah saya sadari kalau poskotis kami memiliki panorama yang sangat menawan. Sebuah lapangan luas yang berada di atas bukit, di kelilingi oleh lembah dengan daerah hunian masyarakat Lembang Ge'tengan, serta GANBASIL (Lembang Gandang Batu dan Lembang Silanan) di sisi barat dan utara dan di seberangnya terdapat bukit-bukit berbatu cadas yang tertutup hijaunya daun pepohonan. Di sebelah timur dan selatan dikelilingi jajaran bukit yang berbeda serta terdapat sebuah pabrik pengepul kopi terbesar di Toraja yang hasilnya biasa di ekspor dan dipasokkan ke waralaba kafe St*rbuck. *sensored :P
Di hari yang sama, kami melaksanakan korvey serta gladi kotor untuk upacara pembukaan ekspedisi di SK VII/Tator. Setelahnya kami mendapat paparan penjelasan lanjutan yang disampaikan oleh Dansub di kotis tentang keadaan atau gambaran umum di lapangan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan persiapan-persiapan yang lain.
Tarian Ma'gellu' Sebagai Sambutan Masyarakat Toraja Kepada
Tim Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013
9 Maret 2013 pukul 9.00 WITA, Upacara Pembukaan Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi Sub-Korwil VII/Tana Toraja dilaksanakan. Dipimpin langsung oleh Bupati Tana Toraja, upacara pembukaan yang dihadiri oleh seluruh peserta ekspedisi (baik tim pusat dan tim daerah), muspida, dan elemen masyarakat yang lain seperti siswa SD, SMP, SMA/K, dan mahasiswa berjalan dengan lancar dan meriah. Acara ditutup dengan pertunjukan tarian adat Toraja bernama Ma'gellu' yang biasa dipertunjukkan sebagai tari sambutan bagi tamu-tamu agung yang datang di bumi Toraja (wah, kami dianggap sebagai tamu agung, jadi sungkan nih, he he he) atau suasana gembira yang lain seperti pesta pernikahan, syukuran panen dan sebagainya. Sambutan yang meriah serta keramahan masyarakat Toraja membuat suasana semakin menyenangkan dan seakan meyakinkan kami jika kami pasti akan betah tinggal di sana selama kegiatan ekspedisi ini berjalan.



-akan bersambung pada cerita selanjutnya-

Wednesday, April 16, 2014

Awal Cerita

"Bagai sayur kurang garam, kurang enak, kurang sedap" sebuah cuplikan lirik lagu dangdut yang cukup familiar di telinga kita dirasa cukup untuk menggambarkan keadaan dimana ketika kita mengadakan kegiatan yang bersifat formal tapi tanpa didahului oleh sebuah prosesi pembukaan. Tidak ingin hal ini terjadi, maka panitia penyelenggara Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013 pun juga tak lupa menggelar Upacara Pembukaan Pra-Ekspedisi pada tanggal 21 Februari 2013 di lapangan upacara "tempat rahasia" (katanya sih musti gitu nyebutnya), Bandung. Bahkan demi upacara tersebut bisa berjalan dengan lancar, tepat sehari sebelumnya semua peserta diwajibkan melaksanakan gladi kotor dan dilanjut gladi bersih pada tanggal 21 pagi harinya, tepat sebelum upacara yang resmi berjalan.
Kasad bersama Tim Ekspedisi NKRI 2013 Koridor Sulawesi
Pukul 09.00 WIB hari Kamis tanggal 21 Februari 2013, Upacara Pembukaan Pra-Ekspedisi dilaksanakan. Dipimpin langsung oleh Danjen Kopassus dan diliput oleh berbagai macam media masa, upacara yang berjalan selama +/- 1 jam ini berlangsung dengan khidmat. Dengan diresmikannya kegiatan pembekalan/pra-ekspedisi ini, maka sejak saat itu pula serangkaian agenda pembekalan wajib dilaksanakan oleh semua elemen yang berkecimpung dalam Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013 baik dari sisi militer, polri, dan sipil. Di malam harinya, saya sempat mendapat "kejutan" dengan dikerjai oleh orang-orang yang ada di barak (mengingat hari itu juga bertepatan dengan hari ulang tahun saya). Sebenarnya hal ini sudah bisa saya duga, untung saja saya tidak diceburkan di danau ataupun disiram dengan air. Widiiih, nggak kebayang tuh, bagaimana dinginnya kalau sampai diceburin atau disiram.
Rutinitas awal dimulai dari senam pagi dan lanjut lari-lari dari lapangan menuju pintu angin kembali lagi ke lapangan, bersih-bersih lingkungan atau yang biasa disebut "korvey" (*gak tau tuh gimana ejaan yang benernya, he he he) di areal "tempat rahasia". Rundown kegiatan berikutnya adalah yang paling disukai oleh semua peserta, yaitu makan pagi. Meskipun harus antri sepanjang rangkaian kereta (bahkan mungkin lebih panjang antrian ini), hal ini tidak menyurutkan animo pesrta untuk tetap antri (ha ha, ya jelas lah, orang laper koq :P). Setelah makan dan bersih diri, semua peserta diharuskan mengikuti materi pembekalan sesuai jadwalnya baik di kelas besar (aula) untuk menerima paparan/materi umum atau pun ke kelas kecil untuk menerima materi khusus mengenai bidang penelitian masing-masing (untuk tim peneliti).
Agenda istirahat-sholat-makan siang juga tidak kalah seru. Pada waktu ini, tak jarang dari peserta langsung menyerbu kantin yang berada di sisi Danau/"tempat rahasia" sambil memesan mie instan dan minuman panas atau bahkan hanya sekedar duduk santai meskipun makan siang sudah disediakan. Banyak alasan bagi mereka untuk berbondong-bondong ke kantin, di antaranya karena: ada yang sekedar pengen ngobrol santai dan saling mengakrabkan diri dengan kenalan-kenalan baru; ada yang tidak suka menu makanannya (menu makan siang adalah T2, red); ada lagi alasan karena di kantin lebih hangat; disuhu yang dingin butuh asupan kalori lebih banyak selain asupan kalori dari T2, dan lain sebagainya. Semua alasan tersebut masuk akal juga sih, mengingat suhu di sana memang super dingin. Bahkan saat saya di sana selama 17 hari, saya hanya bisa berkesempatan merasakan hangatnya sinar matahari sebanyak dua kali masing-masing selama +/- 1,5 jam saja, selebihnya hanya ada kabut dan hujan. Waw :D
Setelah ishoma, agenda dilanjutkan dengan materi lagi sampai sore sambil berdingin-dingin ria di dalam kelas. Selesai materi, tiba waktunya istirahat-sholat-makan malam. Suasana makan malam di aula biasanya tak semeriah dan seriuh makan pagi, karena waktu yang lebih longgar dan santai maka antrian biasanya juga tidak terlalu panjang dan makanan biasanya dihabiskan di dalam barak penginapan (biar lebih hangat ceritanya). Meski begitu, bagi beberapa orang peserta, dinginnya malam tempat itu tak menghalangi mereka untuk berkumpul di kantin. Ditemani segelas minuman hangat ataupun minuman panas, sambil ngobrol-ngobrol santai tentang semua hal yang bisa diceritakan, seperti kegiatan yang sudah dilaksanakan siang tadi, kegiatan yang akan dilaksanakan di lokasi ekspedisi, kegiatan di kampus masing-masing, dan lain-lain, apapun itu pokoknya bisa dijadikan bahan obrolan.
Di pertengan hari pembekalan, peserta dipersilahkan "liburan" atau istilahnya "pesiar" turun ke kota untuk berbelanja keperluan tambahan yang dibutuhkan saat pembekalan dan ekspedisi berjalan. Hal ini pun tak disia-siakan oleh peserta, secara bergantian peserta ijin pesiar secara rombongan dengan menggunakan truk yang telah disediakan. Tidak sedikit juga yang tidak turun tapi cuma nitip untuk dibelikan.
reptil yang ditemukan saat simulasi praktikum lapangan
Di hari-hari akhir pra-ekspedisi, saatnya simulasi-simulasi praktikum lapangan dijalankan. Tim Peneliti Flora-Fauna "kebagian" di areal hutan utara aula. Kami melaksanakan simulasi praktikum penelitian herpetofauna, herbarium, dan penghitungan stok karbon. Sedangkan tim peneliti yang lain... mmm... saya tidak tahu... he he... yang jelas, mereka juga melaksanakan simulasi praktikum lapangan sesuai bidang penelitian masing-masing. Eh iya, ada yang terlewat. Sebelumnya, sempat terjadi bongkar-pasang personil (peserta sipil) di masing-masing sub-korwil, dan personil fix untuk SK VII/Tator adalah sebagai berikut: Happy, Umi, dan Erlin (Tim Peneliti Flora-Fauna); Uda (Tim Peneliti Kehutanan); Ryan, Okta, dan Bang Didik (Tim Peneliti Geologi dan Potensi Bencana); Rury, Otong, Dede, Arum, dan Yayuk (Tim Peneliti Sosial-Budaya); serta Arya, Vian, Lay, Vira, Munief, dan Meta (Tim Komunikasi Sosial). Mereka inilah tim pusat yang siap diterjunkan di lapangan penugasan.
Jika ada  upacara pembukaan, tentu ada juga upacara penutupan. Tepat pukul 9 pagi tanggal 5 Maret 2013, Upacara Penutupan Pra-Ekspedisi dilaksanakan di tempat yang sama. Setelah upacara selesai, acara selanjutnya adalah sesi foto bersama yang kemudian dilanjutkan dengan pemberangkatan ke Pusdikpassus di Batujajar lagi untuk persiapan keberangkatan menuju sub-korwil masing-masing.
Kebetulan SK VII/Tator mendapat "jatah" keberangkatan kloter ketiga pada tanggal 7 Maret 2013, sehingga kami mendapat waktu lebih untuk berpesiar di Bandung (lumayan :D). Waktu luang yang ada dimanfaatkan oleh peserta untuk berbagai macam kegiatan, ada yang sekedar di Pusdikpassus saja dan sekali-kali jalan-jalan ke luar, ada yang jalan-jalan keliling Bandung, ada yang pulang ke rumah untuk berpamitan dengan keluarga, ada juga yang plesiran ke luar kota, dan sebagainya.
Tanggal 7 Maret 2013, pukul 4 pagi, kami sudah berkumpul dan bersiap menuju bandara untuk kemudian lanjut menuju Sulawesi menggunakan pesawat hercules. Namun ketika kami sampai di bandara, pesawat yang akan mengalami keterlambatan. Alhasil, kami pun harus menunggu sedikit lebih lama untuk keberangkatan, namun itu tidak menyurutkan semangat kami untuk menuju lapangan tempat kami diterjunkan, yaitu pulau yang bernama Sulawesi. Pukul 9 pagi kami bergegas naik ke dalam pesawat hercules dengan sebelumnya melaksanakan seremonial pemberangkatan dan mendapat sedikit pengarahan oleh pilot yang menerbangkan pesawat kami. Akhirnya pesawat lepas landas, kami yang tergabung dalam Tim Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi Sub-Korwil VII/Tana Toraja beserta SK VIII/Gowa dan SK IX/Kolaka pun berangkat. Dari sini, petualangan kami di bumi Tana Toraja, Sulawesi Selatan akan dimulai! :D

.........To Be Continued